Ibnu
Jauzi mengilustrasikan konflik antara manusia dan setan, iaberkata :
sesungguhnya hati itu seperti benteng, di benteng itu ada tembok, di setiap tembok
ada pintu, dan di pintu-pintu itu terdapat beberapa keretakan (Yaitu beberapa lobang
atau celah), penhuni benteng adalah akal, malaikat sering datang ke benteng itu,
di samping benteng ada rongga yang didalamnya ada udara, setan bolak-balik kerongga
itu tanpa ada penghalang, perang terja diantara penghuni benteng dan penghuni rongga,
setan selalu berputar-putar disekitar benteng menunggu penjaga benteng lalai dan
dapat menyeberang lewat celah benteng.
Semestinya
penjaga benteng mengetahui semua pintu benteng dan semua celah-celahnya,
penjaga benteng tidak boleh lengah dalam mengawasi di setiap sudut benteng walaupun
sekejap, karena musuh tidak pernah lengah.
Benteng
ini disinari dengan dzikir sebagai sumber keimanan, didalam benteng itu ada cermin
mengkilap yang dapat terlihat didalamnya gambar setiap benda yang lewat, maka pertama
yang dilakukan setan di dalam ruang adalah memperbanyak asap, maka dinding benteng
menjadi hitam, cermin menjadi berkarat, akal fikiran menjadi sempurna dengan menolak
adanya asap, mengkilapkan dzikir dan mengosongkan cermin, musuh selalu menyerang,
mereka (setan) kadang-kadang menyerang dan dapat memasuki benteng dengan menyergap
penjaga kemudian keluar masuk benteng sehingga merusak semua yang ada di dalamnya,
barang kali itu dilakukan untuk melenakan penjaga dan barangkali angin tidak berhembus
agar dapat mengusir asap, maka tembok benteng menjadi hitam, cermin menjadi berkarat,
maka setan melewatinyata pada yang mengetahuinya, setan melukai penjaga benteng
karena kelalaiannya, kemudian menawan dan memanfaatkannya serta bertindak sesuai
dengan persetujuan hawa nafsu dan membantu kemauan hawa nafsu.